Dalam tataran teori, Pendidikan Karakter (Pendekar) sangat menjanjikan bagi menjawab persoalan pendidikan di Indonesia. Namun dalam tataran praktik, seringkali terjadi bias dalam penerapannya. Tetapi sebagai sebuah upaya, Pendidikan Karakter (Pendekar) haruslah sebuah program yang terukur pencapaiannya. Bicara mengenai pengukuran artinya harus ada alat ukurnya, kalo alat ukur pendidikan matematika jelas, kasih soal ujian jika nilainya diatas strandard kelulusan artinya dia bisa. Nah, bagaimana dengan Pendidikan Karakter (Pendekar)?
Membentuk siswa yang berkarakter bukan suatu upaya mudah dan
cepat. Hal tersebut memerlukan upaya terus menerus dan refleksi mendalam untuk
membuat rentetan Moral Choice (keputusan moral) yang harus
ditindaklanjuti dengan aksi nyata, sehingga menjadi hal yang praktis dan
reflektif. Diperlukan sejumlah waktu untuk membuat semua itu menjadi custom
(kebiasaan) dan membentuk watak atau tabiat seseorang. Menurut Helen Keller
(manusia buta-tuli pertama yang lulus cum laude dari Radcliffe College di tahun
1904) “Character cannot be develop in ease and quite. Only through
experience of trial and suffering can the soul be strengthened, vision cleared,
ambition inspired, and success achieved”.
Selain itu pencanangan Pendidikan Karakter (Pendekar) tentunya
dimaksudkan untuk menjadi salah satu jawaban terhadap beragam persoalan bangsa
yang saat ini banyak dilihat, didengar dan dirasakan, yang mana banyak
persoalan muncul yang di indentifikasi bersumber dari gagalnya pendidikan dalam
menyuntikkan nilai-nilai moral terhadap peserta didiknya. Hal ini tentunya sangat
tepat, karena tujuan pendidikan bukan hanya melahirkan insan yang cerdas, namun
juga menciptakan insan yang berkarakter kuat. Seperti yang dikatakan Dr. Martin
Luther King, yakni “intelligence plus character that is the goal of true
education” (kecerdasan yang berkarakter adalah tujuan akhir pendidikan
yang sebenarnya).
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk
merealisasikan Pendidikan Karakter
(Pendekar) di sekolah. Konsep karakter tidak cukup
dijadikan sebagai suatu poin dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran
di sekolah, namun harus lebih dari itu,
dijalankan dan dipraktekan. Mulailah dengan belajar taat dengan peraturan sekolah, dan tegakkan itu secara
disiplin. Sekolah harus menjadikan Pendidikan Karakter (Pendekar) sebagai sebuah
tatanan nilai yang berkembang dengan baik di sekolah yang diwujudkan dalam contoh dan
seruan nyata yang dipertontonkan oleh tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah dalam keseharian kegiatan di sekolah.
Di sisi lain, Pendidikan Karakter (Pendekar) merupakan upaya
yang harus melibatkan semua pemangku kepentingan dalam pendidikan, baik pihak
keluarga, sekolah dan lingkungan sekolah dan juga masyarakat luas. Oleh karena itu,
langkah awal yang perlu dilakukan adalah membangun kembali kemitraan dan
jejaring pendidikan yang kelihatannya mulai terputus diantara ketiga
stakeholders terdekat dalam lingkungan sekolah yaitu guru, keluarga dan masyarakat. Pembentukan dan Pendidikan Karakter (Pendekar) tidak akan
berhasil selama antara stakeholder lingkungan pendidikan tidak ada kesinambungan dan
keharmonisan. Dengan demikian, rumah tangga dan keluarga sebagai lingkungan pembentukan dan Pendidikan Karakter (Pendekar) pertama dan
utama harus lebih diberdayakan yang kemudian didukung oleh lingkungan dan kondisi pembelajaran di sekolah yang memperkuat siklus pembentukan
tersebut. Di samping itu tidak kalah pentingnya pendidikan di masyarakat. Lingkungan masyarakat juga sangat mempengaruhi terhadap
karakter dan watak seseorang. Lingkungan masyarakat luas sangat mempengaruhi terhadap
keberhasilan penanaman nilai-nilai etika, estetika untuk pembentukan karakter. Menurut Qurais
Shihab (1996; 321), situasi kemasyarakatan dengan sistem nilai yang dianutnya, mempengaruhi sikap dan cara pandang
masyarakat secara keseluruhan. Jika sistem nilai dan pandangan mereka terbatas pada kini dan disini, maka
upaya dan ambisinya terbatas pada hal yang sama.
Ingin mewujudkan Pendidikan Karakter (Pendekar) yang
berkualitas? Maka kuncinya sudah dipaparkan diatas, ada alat ukur yang benar
sehingga ada evaluasi dan tahu apa yang harus diperbaiki, adanya tiga komponen
penting (guru, keluarga dan masyarakat) dalam upaya merelaisasikan Pendidikan Karakter (Pendekar) berlangsung
secara nyata bukan hanya wacana saja tanpa aksi. Ingat, Pendidikan Karakter (Pendekar) melalui
sekolah, tidak semata-mata pembelajaran pengetahuan semata, tetapi lebih dari
itu, yaitu penanaman moral, nilai-nilai etika, estetika, budi pekerti yang luhur. Dan yang
terpenting adalah praktekan setelah informasi tersebut di berikan dan lakukan
dengan disiplin oleh setiap elemen sekolah.
“Salam Spirit and Smile”
Sahlan "Another of Me..."
0 Ocehan:
Posting Komentar