Penulis : Riana Afifah | Selasa, 2 April 2013 | 03:25 WIB
riana afifahJasmine
Mutia Salsabila (13) bersama dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Mohammad Nuh di depan rumahnya di Semarang, Jawa Tengah.
SEMARANG, KOMPAS.com —
Tak pernah terbayang di benak gadis berusia 13 tahun ini berpidato
langsung di depan Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono
dan di hadapan khalayak internasional pada kegiatan Millenium
Development Goals (MDGs) di Bali pada akhir Maret lalu.
Penampilan gadis bernama lengkap Jasmine Mutia Salsabila pada malam itu mampu membuat orang nomor satu Indonesia tersebut terpukau menatap kemahirannya menyampaikan masalah kemiskinan dalam bahasa Inggris tanpa gugup di hadapan delegasi internasional.
"Ya pasti grogi awalnya tapi setelah mulai bicara semuanya berjalan saja karena kan niatnya memang ingin membantu anak-anak miskin," ujar Jasmine saat dijumpai di rumahnya di Semarang, Sabtu (30/3/2013).
Masalah kemiskinan biasanya dinilai sebagai topik yang terlalu berat untuk anak seusia Jasmine. Namun, bagi gadis yang kini duduk di bangku kelas VII SMP Negeri 2 Semarang ini, hal itu justru penting untuk dibicarakan oleh banyak kalangan, termasuk anak-anak seusianya agar segera menemukan solusi.
"Kemiskinan terjadi karena adanya kesenjangan sosial akibat ketidakadilan dan banyaknya bantuan dari pemerintah yang disalahgunakan oknum," ungkap Jasmine.
"Untuk mengatasi kemiskinan juga harus dimulai dari masyarakat sendiri. Terutama bagi si miskin, ya harus bekerja keras dan berusaha mendapatkan pendidikan dan terus kreatif," imbuhnya.
Kondisi ekonomi yang kurang mencukupi sebenarnya cukup akrab dengan Jasmine. Sejak usia dua tahun, ayahnya meninggal dunia karena serangan jantung dan empat tahun kemudian ibundanya juga meninggal dunia.
Selanjutnya, Jasmine tinggal bersama neneknya dan harus hidup seadanya. Meski hidup dalam kondisi pas-pasan, ia tak mau menyerah dan bertekad mengubah nasib dengan belajar keras.
Usaha dan kerja kerasnya berbuah manis. Sejak duduk di bangku taman kanak-kanak (TK), Jasmine terus mengukir prestasi.
Bahkan sejak bangku SD hingga saat ini ia selalu berhasil menyabet peringkat pertama di sekolah.
"Alhamdulillah ranking satu terus. Jadi sekarang bisa sekolah benar-benar gratis," ujar anak bungsu dari dua bersaudara tersebut.
Kemampuan bahasa Inggrisnya yang mumpuni dan ditunjukkan pada saat kegiatan MDGs tersebut tak lepas dari kerja keras sang nenek yang selalu menemaninya belajar bahasa Inggris.
Sementara itu, penguasaan isu yang dibahas, selain dari pengalamannya, juga dari mencari tambahan bahan melalui internet dan menonton berita di televisi.
"Belajar bahasa Inggrisnya otodidak sama oma. Terus belajar di sekolah juga dan dengerin lagu," tutur gadis yang mengaku menyukai Bruno Mars dan Katy Perry ini.
Terpilihnya Jasmine untuk berpidato pada waktu itu tak lepas dari prestasinya yang membanggakan meski hidup seadanya.
Awalnya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan meminta tiap-tiap daerah mencari anak berprestasi. Kemudian saat Pemerintah Kota Semarang mengajukan nama Jasmine, Kementerian langsung memeriksa dan menyetujuinya.
"Nggak tau gimana awalnya. Langsung ditunjuk sekolah saja. Setelah itu latihan dan buat naskah. Naskahnya aku buat sendiri dibantu orang dari kepresidenan," pungkas gadis yang bercita-cita menjadi arkeolog ini.
"Salam Spirit & Smile" Anak Bangsa, Layak Juga Bisa. . .
Penampilan gadis bernama lengkap Jasmine Mutia Salsabila pada malam itu mampu membuat orang nomor satu Indonesia tersebut terpukau menatap kemahirannya menyampaikan masalah kemiskinan dalam bahasa Inggris tanpa gugup di hadapan delegasi internasional.
"Ya pasti grogi awalnya tapi setelah mulai bicara semuanya berjalan saja karena kan niatnya memang ingin membantu anak-anak miskin," ujar Jasmine saat dijumpai di rumahnya di Semarang, Sabtu (30/3/2013).
Masalah kemiskinan biasanya dinilai sebagai topik yang terlalu berat untuk anak seusia Jasmine. Namun, bagi gadis yang kini duduk di bangku kelas VII SMP Negeri 2 Semarang ini, hal itu justru penting untuk dibicarakan oleh banyak kalangan, termasuk anak-anak seusianya agar segera menemukan solusi.
"Kemiskinan terjadi karena adanya kesenjangan sosial akibat ketidakadilan dan banyaknya bantuan dari pemerintah yang disalahgunakan oknum," ungkap Jasmine.
"Untuk mengatasi kemiskinan juga harus dimulai dari masyarakat sendiri. Terutama bagi si miskin, ya harus bekerja keras dan berusaha mendapatkan pendidikan dan terus kreatif," imbuhnya.
Kondisi ekonomi yang kurang mencukupi sebenarnya cukup akrab dengan Jasmine. Sejak usia dua tahun, ayahnya meninggal dunia karena serangan jantung dan empat tahun kemudian ibundanya juga meninggal dunia.
Selanjutnya, Jasmine tinggal bersama neneknya dan harus hidup seadanya. Meski hidup dalam kondisi pas-pasan, ia tak mau menyerah dan bertekad mengubah nasib dengan belajar keras.
Usaha dan kerja kerasnya berbuah manis. Sejak duduk di bangku taman kanak-kanak (TK), Jasmine terus mengukir prestasi.
Bahkan sejak bangku SD hingga saat ini ia selalu berhasil menyabet peringkat pertama di sekolah.
"Alhamdulillah ranking satu terus. Jadi sekarang bisa sekolah benar-benar gratis," ujar anak bungsu dari dua bersaudara tersebut.
Kemampuan bahasa Inggrisnya yang mumpuni dan ditunjukkan pada saat kegiatan MDGs tersebut tak lepas dari kerja keras sang nenek yang selalu menemaninya belajar bahasa Inggris.
Sementara itu, penguasaan isu yang dibahas, selain dari pengalamannya, juga dari mencari tambahan bahan melalui internet dan menonton berita di televisi.
"Belajar bahasa Inggrisnya otodidak sama oma. Terus belajar di sekolah juga dan dengerin lagu," tutur gadis yang mengaku menyukai Bruno Mars dan Katy Perry ini.
Terpilihnya Jasmine untuk berpidato pada waktu itu tak lepas dari prestasinya yang membanggakan meski hidup seadanya.
Awalnya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan meminta tiap-tiap daerah mencari anak berprestasi. Kemudian saat Pemerintah Kota Semarang mengajukan nama Jasmine, Kementerian langsung memeriksa dan menyetujuinya.
"Nggak tau gimana awalnya. Langsung ditunjuk sekolah saja. Setelah itu latihan dan buat naskah. Naskahnya aku buat sendiri dibantu orang dari kepresidenan," pungkas gadis yang bercita-cita menjadi arkeolog ini.
"Salam Spirit & Smile" Anak Bangsa, Layak Juga Bisa. . .
Sahlan "Another of Me..."
0 Ocehan:
Posting Komentar